Optimalisasi proses Perkembangan anak guna membangun Sumber Daya Manusia yg lebih baik^^..
Posted by: najmulhayah on: Februari 9, 2010
Apakah artinya? Periode 5 (lima) tahun pertama kehidupan anak (masa balita) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat pada otak manusia, merupakan masa yang sangat peka bagi otak anak dalam menerima berbagai masukan dari lingkungan sekitarnya.
Walau proses belajar terus berlangsung selama usia manusia, namun delapan tahun pertama usia anak bisa mempengaruhi kehidupan anak secara permanen. Pada masa ini otak balita bersifat lebih plastis dibandingkan dengan otak orang dewasa dalam arti anak balita sangat terbuka dalam menerima berbagai macam pembelajaran dan pengkayaan baik yang bersifat positif maupun negatif.
Pada masa ini anak memiliki konsentrasi 100 persen dalam ingatannya saat menerima informasi. Felicia Irene M.Psi, psikolog perkembangan anak memaparkan, dalam rentang masa ini perkembangan fisik, motorik, dan berbahasa anak tumbuh pesat. Masa krusial ini dibagi menjadi dua, yaitu usia 0-3 tahun dinamakan batita (toddler) dan usia 3-6 tahun disebut masa prasekolah.
Sisi lain dari fenomena ini yang perlu mendapat perhatian, otak balita lebih peka terhadap asupan yang kurang mendukung pertumbuhan otaknya seperti asupan gizi yang tidak adekwat, kurang stimulasi dan kurang mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.
Oleh karena itu kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memberi masukan dan nilai-nilai yang postiif, menghindari masukan yang bersifat negatif dan sedapat mungkin memberikan asupan gizi yang adekuat, memberikan stimulasi yang baik dan benar, serta memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi anak.
Mengingat masa 5 tahun pertama merupakan masa yang ‘relatif pendek’ dan tidak akan terulang kembali dalam kehidupan seorang anak, maka para orang tua dan pendidik harus memanfaatkan periode yang ‘singkat’ ini untuk membentuk anak menjadi bagian dari generasi penerus yang tangguh dan berkualitas.
Berdasarkan referensi yang saya dapat kebutuhan dasar seorang anak terdiri dari 3 faktor :
v ASUH ( kebutuhan biomedis)
Menyangkut asupan gizi anak selama dalam kandungan dan sesudahnya, kebutuhan akan tempat tinggal, pakaian yang layak dan aman , perawatan kesehatan dini berupa imunisasi dan deteksi dan intervensi dini akan timbulnya gejala penyakit.
v ASIH ( kebutuhan emosianal)
Penting menimbulkan rasa aman (emotional security) dengan kontak fisik dan psikis sedini mungkin dengan ibu. Kebutuhan anak akan kasih sayang, diperhatikan dan dihargai, ,pengalaman baru, , pujian, tanggung jawab untuk kemandirian sangatlah penting untuk diberikan. Tidak mengutamakan hukuman dengan kemarahan , tetapi lebih banyak memberikan contoh – contoh penuh kasih sayang adalah salah satunya.
v ASAH ( kebutuhan akan stimulasi mental dini)
Cikal bakal proses pembelajaran , pendidikan , dan pelatihan yang diberikan sedini dan sesuai mungkin. Terutama pada usia 4 – 5 tahun pertama ( golden year) sehingga akan terwujud etika, kepribadian yang mantap, arif, dengan kecerdasan, kemandirian ,ketrampilan dan produktivitas yang baik.
Orang tua, pengasuh dan pendidik perlu mengetahui kebutuhan dasar anak dan melakukan pembinaan yang berkualitas dan komprehensif kepada anak melalui kegiatan yang disebut sebagai Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak.
Nomor satu tentunya pendidikan agama sejak dini, disamping itu untuk memacu tumbuh-kembang tubuh dan otaknya, mendeteksi, menghindari dan mengoreksi penyimpangan tumbuh-kembang anak, perlu dilakukan kegiatan SDIDTK yang meliputi:
- Stimulasi yang memadai, yaitu merangsang otak balita agar perkembangan kemampuan gerak, bicara, bahasa, sosialisasi dan kemandirian anak berlangsung secara optimal sesuai usia anak.
- Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu melakukan skrining atau mendeteksi sejak dini terhadap kemungkinan adanya penyimpangan tumbuh kembang anak balita.
- Intervensi dini, yaitu melakukan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak untuk memperbaiki bila ada penyimpangan tumbuh kembang dengan tujuan agar pertumbuhan dan perkembangan anak kembali kejalur normal dan penyimpangannya tidak menjadi lebih berat.
- Rujukan dini, yaitu merujuk/membawa anak ke fasilitas kesehatan bila masalah penyimpangan tumbuh kembang tidak dapat diatasi meskipun sudah dilakukan intervensi dini.
Untuk membentuk seorang anak menjadi manusia yang berkualitas maka anak usia 0-6 tahun perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan terus-menerus pada setiap kesempatan.
Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh-kembang anak yang bahkan dapat menyebabkan gangguan yang menetap. Stimulasi perlu dilakukan menurut aturan yang benar seperti anjuran para ahli, stimulasi yang salah dapat menyebabkan pembentukan anak yang menyimpang.
Oleh karena itu stimulasi sebaiknya dilakukan oleh orang-orang terdekat dengan anak yang telah mendapat pengertian tentang cara memberi stimulasi yang benar, misal: ayah, ibu, pengasuh, anggota keluarga lain, petugas kesehatan dan kelompok masyarakat tertentu, misal kader kesehatan atau kader pendidikan.
Mengapa proses tumbuh kembang anak menjadi sangat penting untuk dipahami? karena pada dasarnya kualitas generasi penerus nanti dipengaruhi pula oleh kualitas tumbuh kembang anak saat ini. Seperti yang telah banyak kita ketahui, bahwa generasi penerus nantinya lah yang akan menjadi pengganti dari para pemimpin-pemimpin bangsa saat ini. Karena itu kita juga harus berusaha agar generasi penerus nanti merupakan generasi yang cerdas,terdidik dan tangguh.
Kualitas para pemuda, tidak bisa kita pungkiri, juga akan tercermin dari bagaimana pola asuh atau pola didik dia dari masa kanak-kanaknya. Semakin baik pola pengasuhannya, semakin terlatih perkembangan otaknya, maka ia akan menjadi seorang kader yang semakin berkualitas. Karena itulah masalah ini juga di anggap penting dalam rangka membangun peradaban yang lebih baik lagi.
Kembali kepada realita yang ada, saat ini proses perkembangan kecerdasan dan intelektual anak belum terbina dengan baik. Seperti kita ketahui bersama, bahwa madrasah yang paling baik buat seorang anak adalah Ibu. Sedangkan saat ini, di Indonesia khususnya, peran ibu dalam mengawasi perkembangan buah hatinya sudah semakin menurun.
Tuntutan ekonomi dan pekerjaan, pada akhirnya membuat seorang ibu terpaksa mengalihkan tugas menjaga dan memantau perkembangan anaknya pada seorang pembantu rumah tangga (PRT) atau baby sitter. Padahal pendidikan seorang pembantu atau baby sitter hanya sebatas SD atau SMP, mungkin ada beberapa juga yang lulus SMA.
Pengetahuan mereka tentang pola asuh yang baik dan pemantauan perkembangan anak yang baik pun bisa di bilang rendah. Bukan hanya PRT dan Baby sitter, mungkin sang ibu sendiri pun belum begitu memahami betul bagaimana cara yang tepat untuk mengoptimalkan perkembangan anak di masa golden periode tersebut.
Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan oleh Universitas Airlangga di dapatkan bahwa ternyata memang PRT tidak memiliki pemahaman yang baik tentang mengasuh anak. Penelitian ini merupakan Penelitian deskriptif-analitik di1akukan secara cross sectional, selama 5 (lima) bulan, berlokasi di kompleks perumahan ITS, Sukolilo dan kompleks perumahan Pondok Benowo Indah. Benowo, Kota Surabaya.
Dari sana di dapat bahwa PRT memperoleh informasi tentang cara pengasuhan anak umumnya diperoleh dari majikan (ibu) dan tingkat pengetahuan dan keterampilan PRT tentang pengasuhan anak tergolong rendah.
Status gizi sebagian besar anak yang diasuh adalah normal, namun masih ditemukan adanya anak dengan status gizi lebih, sedang dan kurang. Perkembangan sebagian besar anak yang diasuh adalah normal tetapi masih djumpai adanya keterlambatan perkembangan pada sebagian anak yang di asuh.
Selain proses perkembangan yang belum di kawal dengan baik, permasalahan lain yang menyangkut proses perkembangan sang anak adalah masalah status gizinya. Di atas sudah dipaparkan pula bahwa status gizi pun sangat berpengaruh pada perkembangan kecerdasan seorang anak. Dengan gizi yang baik dan terkecukupi maka anak akan tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Permasalahannya, sekarang bisa kita lihat bahwa pemenuhan gizi anak belum terkecukupi secara baik. Bukan hanya saja permasalahan ekonomi yang mengakibatkan seorang anak tidak mendapatkan gizi yang cukup, tapi saat ini pemenuhan gizi bagi anak dengan keluarga yang berkecukupan pun belum tentu terpenuhi dengan baik.
Hal ini bisa kita lihat dari kenyataan susahnya membujuk anak memakan sayur-sayuran. Bahkan mungkin ada beberapa anak juga yang susah untuk memakan buah-buahan yang mengandung nutrisi yang baik.
Lebih parah lagi yang juga harus jadi sorotan adalah masalah jajanan yang biasanya terdapat di sekolah dasar- sekolah dasar. Tidak bisa dipungkiri bahwa jajanan tersebut merupakan jajanan dengan kualitas gizi yang sangat rendah. Bahkan ada juga yang malah bisa membuat si anak menjadi bodoh dalam perkembangan kecerdasannya.
Satu hal yang menginspirasi saya dalam menulis hal ini berawal dari keprihatinan saya terhadap anak-anak zaman sekarang. Terkait masalah 2 hal di atas dan yang juga menjadi sorotan buat saya adalah masalah perkembangan dunia entertaintment yang begitu pesat dan semakin tidak mendidik.
Ketika saya masih bisa mendengarkan lagu anak-anak saat kecil,tapi sekarang anak-anak kecil banyak sekali yang menyanyikan lagu orang dewasa. Banyak sekali godaan yang membuat anak-anak zaman sekarang cenderung bersifat manja, dan keinginan untuk belajarnya pun semakin menurun. Apalagi ketika di tinggal di rumah hanya dengan seorang pembantu, itu benar-benar akan sangat membuka celah buat anak-anak tersebut bermain sesuka hati mereka. Tanpa arahan dan bimbingan yang jelas. Hasilnya, optimalisasi perkembangan sang anak pun tidak akan berjalan dengan baik.
Karena itu, perlu pengawasan ekstra dari seorang ibu untuk bisa mengoptimalisasikan perkembangan anak-anaknya. Karena lahirnya para pemuda yang merupakan ujung tombak perubahan dan pergerakkan itu, terbentuk dari bagaimana cara ia di didik sejak kecil. Dan peran serta seorang ibu sangat besar untuk proses optimalisasi tersebut..